Cara-Cara Melakukan Rocklambing


PPGD

Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)
KASUS-KASUS KHUSUS :
Penanganan-penanganan diatas merupakan suatu penanganan bersifat umum, adapun untuk kegiatan petualangan di alam bebas, selain ada juga korban/keadaan yang dapat diklasifikasikan sebagai penyakit pegunungan (Mountaing Sickness), antara lain :
HIPOTERMIA
Hipotermia adalah suatu keadaan dimana suhu jatuh kedalam suhu dibawah normal. Penyebab terjadinya hipotermia antara lain:
  1. tubuh terendam dalam suhu dibawah titik beku dimana kejadian hipotermia akan cepat berlangsung
  2. Hipotermia akan berlangsung perlahan bila berada/kontak lama dalam lingkungan suhu dingin
  3. Hipotermia lebih mudah terjadi pada seseorang yang kelelahan, kelaparan, ketakutan, tubuh basah, terkena angin dingin, dan kekurangan oksigen pada ketinggian.
Gejala-gelanya :
  1. penurunan suhu tubuh dengan tanda-tanda korban, bila diraba seluruh tubuh terasa dingin dan tampak kelabu dan kebiru-biruan atau pucat
  2. tanda-tanda vital : frekuensi nadi, kuat atau lemahnya denyut nadi tidak normal, begitu juga suhu tubuh dan pernafasannya tidak normal dibandingkan orang normal
  3. korban dapat mengalami penurunan kesadaran, mengantuk, mengigau (Linglung) atau tidak sadar.
Penanganannya :
  1. yang harus diperhatikan pertama kali adalah resusitasi ABC, terutama jalan nafas, bila ada henti jantung atau henti nafas segera lakukan RJP.
  2. cegah kehilangan panas, terutama panas tubuh dengan memindahkan korban dari lingkungan dingin. Pada penderita hipotermia ringan biasanya merespon terhadap penghambatan dari luar, dengan melepaskan baju basah dan dingin. Kemudian dipakaikan selimut/jaket yang hangat (bisa juga dengan Sleeping Bag). Dekatkan korban dengan perapian.
  3. berikan korban minuman air gula yang hangat
  4. segera evakuasi sambil memonitor kesadaran umum (kesadaran pernafasan dan denyut jantung)
HIPOGLIKEMI
Hipokligemi adalah keadaan dimana kadar gula dalam darah menjadi rendah disebabkan kekurangan zat gula termasuk cadangan dalam tubuh. Keadaan ini bisa terjadi pada korban yang lama tidak makan atau minum yang mengandung zat gula dalam lingkungan dingin dalam waktu yang cukup lama dengan gejala-gejala : keringat dingin, penglihatan menjadi kabur, kehilangan kemampuan untuk bergerak, kejang, jantung berdebar, cemas, gelisah, bingung bahkan tidak sadar.
Keluhan tersebut akan hilang atau berkurang dengan pemberian zat gula.
Penanganannya :
  1. baringkan korban tanpa bantal
  2. jaga jalan nafas, berikan oksigen bila ada oksigen. Jika terjadi henti jantung dan atau henti nafas lakukan kembali RJP seperti penanganan keadaan umum.
  3. jika korban sadar cepat beri minum atau makanan yang kaya kandungan glukosa (manis, mengandung zat gula/pati)
  4. Korban harus tetap diusahakan dalam keadaan sadar, baik itu dengan cara dibangunkan ataupun dengan pemberian rangsangan sakit, hangatkan korban dan secepat mungkin dievakuasi ke instansi kesehatan terdekat untuk mendapatkan pertolongan selanjutnya.
FROSBITE
Suatu proses penurunan suhu tubuh yang disebabkan oleh suhu dingin yang menyebabkan terjadinya kekakuan atau membekunya anggota tubuh. Gejala-gejala ini dapat kita ketahui pada ujung-ujung jari dan kaki menjadi dingin dan kaku, atau pada kuping/telinga kita jika kita merasa begitu dingin. Frosbite ini biasanya menyerang pada petualang alam bebas di medan es/gunung es. Frosbite dibagi menjadi dua golongan :
1. Frosbite permukaan
Biasanya yang terkena hanya kulit dan lapisan dibawahnya ditandai dengan terasa kerasnya kulit dan berwarna abu-abu putih, terasa sakit lama-kelamaan menghilang.
Penanganannya :
  1. letakkan bagian yang terkena pada anggota tubuh yang lain yang hangat tetapi jangan digosok agar tidak terjadi kematian/kerusakan jaringan.
  2. Rendam dengan air hangat, jangan menyentuh tersebut langsung ke benda panas, api, lampu atau batu panas.
  3. Beri makanan dan minuman hangat non alkohol dan gerakan bagian yang terkena, sebaiknya makanan dan minuman yang lembut.
2. Frosbite dalam
Yang terkena adalah otot-otot dan tulang ditandai dengan membesarnya bagian yang terkena dan menjadi kaku dan mati rasa.
Penanganannya :
Lakukan pencarian seperti pada penanganan frosbite permukaan lakukan terus menerus dengan berurutan.
DEHIDRASI
Dehidrasi adalah kekurangan cairan yang disebabkan oleh kekurangan pemasukan cairan atau pengeluaran cairan yang berlebihan. Keadaan ini dapat terjadi pada orang-orang yang melakukan aktivitas berat dalam waktu yang cukup lama tanpa mengkonsumsi cukup cairan. Dehidrasi juga dapat terjadi pada orang yang menderita diare. Karena orang yang terkena diare, cairannya banyak yang terbuang melalui pencernaan. Bahaya lain dari dehidrasi adalah terganggunya keseimbangan elektrolit tubuh dan dapat menjadi penyakit pada keadaan bahaya lain seperti kram otot. Heat stroke, syok. Dehidrasi jika dilakukan terus menerus akan menyebabkan kondisi kematian.
Bila ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada semua tingkat harus segera dilakukan penanganan karena keadaan ini dapat segera berubah menjadi keadaan yang lebih berat. Penanganan dehidrasi adalah dengan segera menghindarkan korban dari keadaan yang bisa menyebabkan atau memperberat dehidrasi. Kemudian jika korban dalam keadaan sadar segera berikan cairan yang ditambahkan gula sedikit garam (Larutan Garam Gula = LGG), oralite atau minuman sebanyak-banyaknya untuk menggantikan kehilangan cairan. Hati-hati pada orang yang kurang kooperatif atau tidak sadar karena bisa tersedak dan mengakibatkan kondisinya memburuk.
Tanda-tanda dehidrasi sesuai dengan derajatnya :
  • GEJALA KLINIK Ringan Sedang Berat
  • Kesadaran sadar Mengantuk/apatis Tidak sadar
  • Nadi sadar Agak cepat Cepat/susah teraba
  • Pernafasan Normal Agak cepat Lambat
  • Elastisitas Kulit Normal Agak turun Sangat turun
  • Tangan/kaki Hangat Agak dingin Dingin, kebiruan
  • Selaput lendir mulut Basah Kering Sangat Kering
  • Rasa Haus + ++ ∞
  • Air Seni Normal/turun Sedikit Tidak ada
HEAT STROKE hipertemia
Adalah gangguan pada tubuh yang disebabkan oleh sengatan panas sebagai akibat kegiatan fisik dilingkungan suhu fisik di lingkungan suhu panas atau cuaca yang sangat panas, sehingga timbul gangguan hebat pada sistem pengaturan suhu tubuh disertai tanda-tanda yang khas yaitu:
  • Kenaikan suhu badan yang tinggi
  • Kejang
  • Penurunan kesadaran, koma bahkan kematian
Gejala-gejala heatstroke terdiri dari :
  • Gejala Lanjutan : korban menjadi pasif (malas berkomunikasi), muntah yang sangat hebat, suhu tubuh menjadi sangat panas (≥ 45°C), nadi sangat cepat (≥ 160x/menit), pernafasan cepat, kejang pada bagian tubuh tertentu, kulit menjadi merah, panas dan kering.
  • Gejala Kritis : Syok, kesadaran semakin menurun, pupil membesar, kejang pada seluruh tubuh.

Penanganannya :
  1. jaga jalan nafas tetap bebas, pernafasan tetap baik, (ABC) lakukan RJP jika perlu
  2. kecuali gejala heatstroke secara dini, pindahkan ke tempat yang teduh, baringkan korban, longgarkan pakaian dan perlengkapannya.
  3. apabila tidak ada alat pengukur suhu tubuh, kita dapat membandingkan suhu tubuh korban dengan suhu tubuh kita sebagai penolong
  4. dinginkan tubuh korban dengan segera sampai suhu tubuh kira-kira 38.5°C dengan mengompres tengkuk dengan air dingin, dan bila mungkin diberi cukup air minum
  5. keringkan tubuh korban untuk mencegah korban jatuh kedalam keadaan hipotermia.
  6. monitor suhu tubuh setiap 5 menit, jaga korban tetap dalam keadaan sadar.
Catatan :
Jika Heat stroke ini didiamkan akan menyebabkan mati suri, keadaan lebih lanjut dari pingsan dimana fungsi pernafasan menurun dan tidak mencukupi lagi, korban jadi tidak sadar, denyut nadi tidak teraba, dan pernafasan tidak tampak, pupil mata melebar dan ada reaksi terhadap penyinaran, muka pucat kebiru-biruan.
SYOK
Syok adalah suatu keadaan karena kolepsnya sistem peredaran darah, jantung beserta kapilernya. Biasanya syok terjadi pada trauma yang berat dengan pendarahan atau kehilangan cairan yang banyak.
Trauma yang biasa menyebabkan syok misalnya cedera pada tulang belakang atau reaksi alergi yang hebat. Pada keadaan syok terjadi insufisiesi atau ketidakseimbangan suplai darah sehingga oksigen dan nutrisi ke jaringan terhambat atau berkurang.
Korban biasanya terlihat lemah, cemas, atau gelisah karena suplai oksigen ke otak berkurang. Denyut nadi meningkat karenakerja jantung meningkat.
Penanganan syok sendiri sebenarnya untuk mencegah kondisi yang lebih buruk pada diri korban. Apabila korban yang syok berat tidak cepat ditangani akan menyebabkan kematian. Korban yang ditemukan dalam keadaan syok yang berat sebaiknya segera dievakuasi kerumah sakit terdekat.
Penanganan syok harus dilakukan segera mungkin sebelum kita menentukan trauma yang lain, jaga suhu tubuh korban dengan cara menyelimuti korban dan menghindarkan korban dengan alas yang dingin. Pada daerah yang temperatur yang tinggi korban harus dilindungi dari sengatan panas/matahari. Korban syok dengan penurunan kesadaran atau penurunan ambang rasa nyeri atau rasa raba harus diteliti akan kemungkinan mempunyai trauma atau cedera yang lainnya. Penanganan selanjutnya yang harus dilakukan ialah memindahkan korban dengan gerakan yang minimal untuk memperlancar peredaran darah. Baringkan korban dengan tungkai ditempatkan lebih tinggi dari kepala.
Tanda Dini :
  • Lemah
  • Pucat, abu-abu
  • Denyut nadi meningkat
Gejala Lambat :
  • Haus
  • Lambat
  • Gelisah
Tanda Lanjut :
  • Apatasi
  • Kulit dingin lembut
  • pernafasan cepat dan dangkal
  • nadi lemah dan tidak teratur
  • Kelopak mata pucat dan pupil mata besar
Penanganannya :
  1. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan keadaannya
  2. tentukan pendarahan bila ada, segera atasi untuk mencegah memberatnya syok
  3. jaga suhu tubuh
  4. letakkan korban dalam posisi tungkai berada lebih tinggi dari kepala untuk membantu sirkulasi darah
  5. hindarkan gerakan yang berlebihan terhadap korban
  6. cek cacat secara rutin tanda vital korban (tekanan darah, nadi, pernafasan, suhu jika peralatan memungkinkan)
  7. bila korban dalam keadaan sadar, berikan penambahan cairan dengan memberikan minum (jangan sampai tersedak), dan jaga korban bila muntah
  8. evakuasi korban ke pusat pelayanan kesehatan terdekat.
TRAUMA OTOT DAN TULANG LUKA
Dalam melaksanakan kegiatan di alam bebas, luka dalam jenis trauma yang sering terjadi, baik oleh kekuatan mekanis, kimiawi, atau sebab-sebab lainnya. Akibat trauma ini tidak saja dapat mengenai kulit tapi dapat juga mengenai jaringan-jaringan dibawahnya seperti otot, urat syaraf, pembuluh darah, tulang, dan organ-organ lainnya.
Jenis-jenis luka yang sering terjadi antara lain :
1. Luka Memar
Suatu luka tertutup, dimana permukaan kulit tampak utuh dan terdapat daerah yang bengkak, berwarna biru kehitaman karena adanya darah dibawah kulit.
Penanganannya :
  1. cari penyebabnya
  2. jika terletak di daerah anggota gerak, adakah tanda-tanda patah tulang (kelainan bentuk dibandingkan sisi sebelahnya, nyeri apabila digerakkan atau bila ditekan). Jika ada lakukan pemasangan spalk/bodai dengan benar
  3. bila terdapat didaerah dada, perut atau pinggang kita harus berhati-hati akan kemungkinan terdapat kerusakan organ tubuh didalam rongga dada, rongga perut, dan pinggang (tindakannya dengan makin dari nol daerah yang terluka agar tidak menjadi parah dan membahayakan korban, bila perlu bawa segera ke rumah sakit terdekat)
  4. jika tidak terdapat tanda-tanda diatas lakukan pembalutan tekan dan dapat diberikan obat untuk penghilang rasa sakit.
2. Luka Lecet
Suatu luka yang ringan dimana hanya sebagian dari permukaan kulit saja yang terkena, dapat disebabkan oleh suatu gesekan yang terus menerus atau gesekan pada benda yang keras.
Penanganannya :
Cukup dengan membersihkan dan memberikan obat merah/betadine untuk mencegah kuman, luka ini biasanya cepat mengering/sembuh.
3. Luka Sayat
Luka sayat, luka yang biasanya disebabkan oleh sayatan benda tajam yang disertai dengan putusnya salah satu urat otot, bila cukup lebar diperlukan penjahitan pada luka jenis ini. Yang mesti diperhatikan adalah jangan membubuhi apapun pada luka, jika luka kotor bersihkan dengan air bersih atau mengalir, segera tutup dengan kasa steril atau kain yang benar-benar bersih dan bawa ke sarana kesehatan.
Pada luka ini bila terjadi pendarahan yang banyak :
  • Baringkan korban, perhatikan darah yang keluar ke jalan nafas (jika ada luka di daerah muka atau kepala)
  • Lindungi luka dengan perban tebal dan bersih, balut tekan pada bagian luka
  • Tinggikan bagian yang berdarah untuk mengurangi derasnya darah
  • Singkirkan pakaian yang menghalangi darah, untuk menilai kondisi luka
  • Warna darah yang merah segar atau mengalir deras kadang berdenyut merupakan pendarahan arteri, sedang yang terbanyak adalah pendarahan dari vena dengan warna merah gelap dan berasal dari bagian daerah luka untuk pendarahan dari arteri bisa digunakan tekanan jari pada daerah pangkal dari luka atau dengan mempergunakan torniket yang diikat selama 1 menit dan kendorkan 5 menit berselang seling, namun tindakan ini tidak dianjurkan dan tidak dapat dilakukan untuk keadaan yang sangat terpaksa seperti pendarahan yang hebat dimana pendarahan tidak dapat berhenti dengan balut tekan dan penekanan arteri penangkal dari luka.
4. Luka Tusuk
Luka akibat tertusuk benda tajam. Jenis luka ini hampir sama dengan luka sayat dalam cara penanganan luka. Bedanya jika terjadi pendarahan pada luka tusuk, jangan mencoba mencabut benda yang ada/menusuk tubuh karena dapat menimbulkan luka yang terbuka sehingga akan terjadi infeksi atau timbul pendarahan, buat bantalan lilitan ujung perban ke jari membuat lingkaran, buatlah lilitan melingkar disetiap ujungnya keatas dan kebawah, letakkan diatas tempat yang terkena tusukan (luka tusukan berupa pecahan kaca atau benda-benda kecil lainnya).
5. Luka Gigit
Luka yang diakibatkan oleh gigitan ular atau hewan-hewan lainnya. Luka jenis ini walaupun kecil selalu kita anggap sebagai luka yang kotor dan sangat potensial untuk terjadi infeksi. Untuk kegiatan petualangan di alam bebas, luka gigitan binatang ini lebih banyak diakibatkan ulah gigitan binatang melata (ular) dan ini yang mesti kita hindarkan karena sebagian besar bisa biasanya 2 titik tusukan, ada kalanya bekas tusukan Cuma satu, jika ular yang menyerang dari satu sisi.
Bisa ular terdiri dari 3 macam :
a. Neurotoksik
Racun bagi jaringan syaraf biasanya disertai sesak nafas dan luka gigitannya tidak terasa sakit namun sangat cepat berbahaya bahkan tanda-tanda tidak begitu jelas.
b. Hemotxil
Racun bagi sel-sel darah bisanya menimbulkan bercak darah di seluruh tubuh, disertai batuk darah, kencing darah, luka gigitannya terasa nyeri dan membengkak.
c. Kardiotoksik
Racun bagi jantung karena fungsi jantung itu sendiri sangat vital biasanya sangat sulit untuk ditangani, jenis ini adapun tanda-tandanya luka dari bekas gigitannya berwarna hitam atau kebiru-biruan, penyebarannya sangat cepat.
Penanganan luka gigitan ular berbisa
Karena akibatnya yang fatal, luka akibat gigitan ular berbisa ini harus segera ditangani. Adapun tindakan yang paling tepat ialah dengan menginjeksi anti bisa ular (SABU) agar racun (bisa tersebut dapat segera dinetralkan). Jika SABU tak ada maka hal yang perlu dilakukan adalah :
  • Tenangkan korban
  • Baringkan korban dan jaga korban tidak banyak melakukan aktifitas, untuk menghindari percepatan penyebaran racun atau bisa ular dalam tubuh.
  • Pasangkan tornikuet (pita Pengikat) pada daerah yang lebih dekat dengan jantung. Pengikat tidak perlu terlalu ketat sebab tujuan pengikatan adalah hanya untuk memperlambat peredaran darah atau dalam darah, dan bukan memberhentikannya, pita pengikat dibuka setiap 5 sampai 10 menit dengan tujuan agar tidak terjadi kematian jaringan.
  • Mengeluarkan bisa ular dengan melakukan pengisapan pada daerah luka irisan dengan menggunakan alat pengisap (sangat dianjurkan untuk tidak menghisap dengan mulut, karena apabila ada lubang pada gigi akan mengakibatkan bisa masuk kedalam tubuh dan meracuni penolong).
6. Luka Bakar
Luka yang diakibatkan oleh sentuhan dengan panas, terkena api secara langsung atau terkena benda-benda panas lainnya.
Luka Bakar dibagi dalam beberapa derajat luka bakar :
a. Derajat 1
  • Rusak hanya pada kulit ari
  • Kulit tampak kering, kemerahan, tidak bergelembung, terasa sakit oleh karena ujung saraf tidak rusak.
  • Dapat sembuh dalam 5 sampai 10 hari, misalnya kulit yang terkena sinar matahari atau benda yang tidak terlalu panas.
b. Derajat 2
  • Rusak pada daerah kulit ari dan sebagian kulit bagian dalam
  • Kulit tampak bergelembung, kemerahan dan terasa sakit
  • Penyembuhan dalam 10 sampai 14 hari atau dapat lebih dari 1 bulan
c. Derajat 3
  • Rusak pada kulit ari, kulit bagian dalam dan lapisan dibagian bawahnya
  • Tampak jaringan putih, pucat atau gosong, dan tidak sakit.
Untuk luka bakar tingkat ini yang perlu diperhatikan adalah apabila luka mengelilingi anggota gerak, karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang bisa menimbulkan kematian anggota gerak bagian bawah yang terkena. Untuk penderita luka ini harus dirawat di sarana kesehatan yang baik. Untuk menentukan luas luka bakar pada orang dewasa, tubuh dapat dibagi menjadi beberapa bagian yang luasnya 9% atau kelipatannya, penjumlahan bagian-bagian yang dikenai luka bakar, menunjukkan luasnya luka bakar tersebut.
Pembagian luka bakar :
a. Luka bakar berat (kritis)
  • Luka bakar derajat 11 > 25%
  • Luka bakar derajat III pada luka, tangan dan kaki atau > dari 10% di tempat kecil.
b. Luka bakar sedang
  • Luka bakar derajat II, 15-25%
  • Derajat III < 10% kecuali lengan, muka dan kaki
c. Luka bakar ringan
  • Derajat II < 15%
  • Derajat III < 2%
Penanganan Luka bakar :
  1. Jadikan atau menghentikan hubungan korban dengan sumber panas. Dapat dilakukan dengan cara : menyiram dengan air, menutup dengan kain basah (hati-hati jangan sampai korban jatuh kedalam keadaan hipotermis, dan menyiram anggota tubuh yang terbakar bila kurang lebih dari ½ jam dari waktu kejadian)
  2. Melakukan kompres dengan air dingin, dalam melakukan kompres. Yang perlu diperhatikan agar luka selalu bersih untuk mencegah terjadinya infeksi yang akan memperburuk luka.
  3. Rasa sakit akan berkurang jika korban diletakkan pada posisi yang baik.
  4. Menutup luka dengan kain steril, dalam menutup luka bakar tidak boleh digunakan alat pembalut yang menyerap air (kapas) karena akan lengket dengan luka.
  5. Pada korban yang gelisah menunjukkan kekurangan oksigen, untuk itu diperlukan udara segar.
  6. Perlu dilakukan langkah-langkah pencegah shok.
  7. Evaluasi korban pada korban dengan luka berat sedang harus segera dibawa ke instansi terdekat dengan tetap memperhatikan korban.
7. Kram Otot
Kram otot merupakan proses kerutan terus menerus satu atau beberapa otot yang terjadi yang terkendali disertai rasa nyeri yang sangat kram otot bisa disebabkan kelelahan, kedinginan (hipotermia), kepanasan atau kadar gula dalam darah rendah (hipogemia) atau kelebihan atau kekurangan garam.
Korban biasanya anggota geraknya terasa tegang/kejang atau sakit digerakkan, mungkin sebelumnya korban telah melakukan pekerjaan berat, kedinginan, kepanasan setelah mengalami cedera/muntah-muntah, kejang harus dibedakan dengan kejang yang diakibatkan oleh epilepsy/ayan.
Penanggulangan :
Apabila ditemukan korban kejang/kram otot, kita harus terlebih dahulu mengetahui apa penyebab kram tersebut, jika disebabkan oleh tegangan. yang harus dilakukan pertama kali adalah istirahat organ yang bersangkutan, lakukan kompres dan elevasi (ditinggikan).
Beberapa cara merenggangkan otot :
  • Otot betis/paha belakang : melemaskan kaki dan memijat otot atau korban berada dalam posisi tengkurap, lutut ditekuk lalu tungkai ditekan dibawah 3-4 menit sampai korban merasa ototnya menjadi lemas kembali.
  • Otot paha depan : korban dalam posisi terlentang, tekuk paha sampai mendekati dada, tekuk juga tungkai kebawah 3-4 menit.
  • Otot betis depan/otot punggung kaki : posisi duduk, kaki lurus, telapak kaki ditekuk, tekan 3-4 menit.
  • Otot perut : Korban dalam posisi berbaring terlentang, angkat seluruh badan korban pada daerah perut sampai setinggi +20cm dari permukaan tanah lalu dalam posisi tersebut tahan +30 detik turunkan lagi, ulangi sampai korban merasa ototnya menjadi lemas.
Untuk korban yang mengalami kram otot dapat juga diberikan :
  • Oralit untuk kekurangan garam (elektrolit)
  • Jika disebabkan oleh hipotermi, tanggulangi sebagai hipotermia.
  • Apabila belum pulih pikirkan sebab lain karena mungkin memerlukan tindakan secepatnya disarana kesehatan terdekat.
8. Terkilir
Biasanya korban mengeluh tangan atau kakinya tidak bias digerakkan dan terasa nyeri, yang harus diperhatikan adalah anggota gerak tersebut harus diistirahatkan lalu ditempatkan pada posisi yang seharusnya tidak boleh digerakkan, selain itu harus diperhatikan bagian anggota gerak mana yang terkena, karena bagian yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula.
Pada kejadian terkilir terjadi pergeseran baik sebagian maupun keseluruhan tulang-tulang pada suatu persendian, pergeseran ini dapat terjadi sementara dan kembali tanpa dilakukan suatu tindakan atau menetap dan tidak bias kembali tanpa tindakan tertentu. Seperti pada patah tulang luka ini dapat menimbulkan rasa nyeri yang hebat karenanya pada luka ini juga harus dijaga agar tidak terlalu banyak gerakan.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan :
1. Letakkan daerah yang terluka dalam posisi yang nyaman.
Lakukan RICE yaitu :
R, Rest : Istirahatkan bagian yang luka tidak bergerak atau menahan beban
I, Immobilisation : jaga daerah yang luka tidak bergerak dengan menggunakan pembalut elastis, mitella, pembalut gulung kain, handuk atau benda lain yang dapat menahan gerakan pada persendian.
C, Compress : kompres daerah yang luka dengan es/air dingin/benda dingin pada 24jam pertama kemudian dengan benda hangat.
E, Elevation : tinggikan daerah yang terluka.
2. Topang Persendian yang terluka dengan menggunakan mitella atau benda lain. Kemudian korban dibawa kepusat pelayanan kesehatan.
9. Patah Tulang
Patah tulang adalah hilangnya kontuinitas (keseimbangan) tulang. Bila patah terjadi pada seseorang dapat timbul syok, kecacatan, kematian. Berdasarkan hubungan dengan dunia luar patah tulang terbagi menjadi patah tulang terbuka dan patah tulang tertutup. Patah tulang terbuka adalah kulit-kulit luka adalah kulit-kulit luka ada hubungan antara tulang dengan dunia luar kemungkinan kuman-kuman masuk melalui luka dan menimbulkan infeksi. Patah tulang tertutup adalah jika tidak ada hubungan antar tulang dengan dunia luar (kulit tetap utuh).
Patah tulang dapat disebabkan oleh :
  • Kekuatan langsung yaitu oleh benda tumpul atau tajam sehingga patah tulang terjadi pada tempat yang terkena.
  • Kekuatan tidak langsung yaitu jika disebabkan oleh kekuatan awal diteruskan secara langsung melalui satu atau lebih persendian sehingga patah tulang terjadi tidak pada tempat terkena.
  • Tekanan atau benturan berulang-ulang.
Korban patah tulang biasanya mengeluh terasa nyeri terutama pada bagian anggota tubuh yang mengalami patah tulang digerakkan atau tampak kelainan bentuk dari anggota tubuh karena trauma, selain itu juga korban bisa mengeluh lecet atau memar dan bengkak. Adanya keluhan lain juga harus ditanyakan dan diperiksa berupa rasa ba’al atau hilangnya kemampuan untuk bergerak, kulit pucat atau kebiruan pada jari-jari tangan/kaki bahkan mulut mungkin terjadi hilang kesadaran.
Penanganan :
Penanganan korban patah tulang setiap gerakan pada daerah yang terluka dapat menyebabkan syok dan dapat menimbulkan kerusakan yang lebih beasar. Oleh karena itu [ada luka terbuka harus dilakukan penangan agar tidak terjadi gerakan pada daerah patah tulang, adapun hal yang perlu dilakukan pada korban patah tulang ialah:
  1. Letakkan daerah yang terluka di posisi yang nyaman dengan sedikit mungkin gerakan
  2. Jika ada pendarahan segera atasi dengan balut tekan.
  3. Balut bidai dengan papan/dahan kayu/handuk dengan panjang melebihi dua persendian di atas dan di bawah luka
  4. Pasang bidai paling sedikit dua buah pada dua sisi yang melebihi dua persendian
  5. Ikat bidai di tiga tempat atau lebih, sehingga daerah yang luka dan persendian di atas dan di bawah luka tidak bisa digerakkan
  6. Topang daerah yang luka agar tidak bergerak terhadap tubuh korban dengan mitella atau alat yang lain
  7. Persiapkan korban untuk dievakuasi.
10. Trauma Kepala
Trauma kepala yang terjadi di alam bebas dapat disebabkan oleh jatuhnya benda keras atau jika terjatuh dan kepala terbentur dengan benda yang keras. Semua trauma kepala berpotensi untuk menimbulkan kematian keseriusan cedera tergantung dari derajat kerusakan otak dan dan dibandingkan dengan keadaan yang terlihat. Gejala adanya gangguan pada otak mulai dari yang ringan seperti pusing, mual, muntah, sampai yang berat seperti pingsan, timbul kelumpuhan atau gerakan-gerakan yang tidak terkendali.
Catatan :
Suatu luka dapat menyebabkan kuman yang berada dipermukaan kulit atau dari luar dapat masuk ke dalam tubuh sehingga menimbulkan infeksi. Prinsip dalam penanganan luka adalah mengontrol pendarahan dan mencegah infeksi.perhatikan :
  1. Kesadaran ABC bersama pemeriksaan keadaan umum
  2. Periksa bagian tubuh yang lain, apakah ada patah tulang, hati-hati bila ada nyeri atau keluar di daerah leher, pinggang atau perut.
  3. Untuk luka di daerah muka dagu harus waspada akan masuknydarah ke dalam saluran pernafasan
  4. Hentikan pendarahan dengan balut tekan pada daerah luka
  5. Lakukan penilaian terhadap luka di daerah dada atau perut, harus hati-hati akan kemungkinan terdapat luka yang lebih parah organ tubuh yang tidak bisa terlihat
  6. Lakukan perawatan sesuai dengan jenis luka
  7. Perlu diperhatikan, jangna pegang luka dengan tangan terbuka, pakailah perban steril/bersih atau tutup dengan kain yang bersih
  8. Jangan biarkan luka terbuka (tutup dengan kasa steril atau kain bersih lainnya)
  9. Penanganan luka harus baik (dalam 6-7jam pertama karena bisa mengurangi resiko infeksi)
  10. Setelah keadaan korban stabil, pindahkan korban le daerah yang lebih aman. Untuk luka di daerah punggung hati-hati kemungkinan patah tulang di daerah tulang belakang.
PESAN:
“Salah satu ciri orang bijak adalah orang yang suka menolong dan salah satu jiwa pecinta alam ialah bijaksana”,
“Berpetualang sebatas mampu yang kita punya tapi ingat pulanglah dengan setidak-tidaknya dalam keadaan utuh”,
“Pertolongan bukan Cuma untuk diri kita tapi ingat pertolongan akan lebih bernilai untuk saudara kita”

Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan
Dalam sebuah perjalanan, ada beberapa factor yang mempengaruhi perjalanan kita :
1. FISIK
Untuk menghasilkan suatu fisik yang baik tidaklah dicapai dalam waktu yang ingkat, tetapi memerlukan suatu latihan yang teratur dan terarah. Dan untuk mendapatkan suatu perjalanan yang aman, faktor fisik amatlah menentukan untuk mengetahui kemampuan fisik kita, kita harus mengetahui kemampuan system jantung, paru-paru, dan organ-organ tubuh lainnya. Untuk meningkatkan kondisi fisik, kita harus melakukan latihan-latihan fisik yang intensif dan teratur, dan untuk menjaga kebugaran dalam kondisi yang baik, sebaiknya dipertahankan dalam waktu 10-30 menit. Denyut nadi maksimal adalah jumlah denyut nadi yang dihitung selama 6 detik setelah latihan selesai, kemudian jumlahnya dikalikan 10, untuk mendapatkan denyut maksimal dalam waktu satu menit.
Contoh : DNM (Denyut Nadi Maksimal)=220-Usia
Jika Usia=22 tahun, maka DNM=220-22=198 kali/menit, dengan serin-seringnya seseorang berlatih, maka denyut nadinya akan makin menurun mendekati denyut nadi sewaktu kita beristirahat. Denyut nadi normal adalah 80-120 kali/menit.
Bila kita sama sekali tidak melakukan aktifitas seperti berjalan, berlari atau berolahraga maka otot-otot kita akan mengecil, termasuk juga jantung dan akan menyebabkan kerja jantung tidak efisien. Untuk mendapatkan kondisi prima dan meningkatkan daya tahan kerja tubuh yang cukup dalam kegiatan alam bebas, pelatihan kebugaran/fitness merupakan hal yang baik.
Harvard step up test merupakan salah satu test untuk mengetahui kemampuan fisik. Test ini dapat dilakukan mempergunakan kotak/tangga dengan ketinggian 20 cm ( ketinggian 20 cm untuk menghindari kelelahan yang berlebihan), cara melakukan test ini adalah dengan menggunakan kaki kanan dan kiri secara bergantian, setelah 24 step up test/menit, selama 3 menit beturut-turut, lakukan istirahat selama 30menit, kemudian hitung denyut nadi pada pergelangan tangan.
Semakin tinggi kapasitas pelatihan kebugaran seseorang, maka semakin baik sistem jantung, paru-paru, dan sistem peredaran yang lainnya.


2. MENTAL
Mental memang sulit ditelaah, karena mental seseorang terbentuk lebih banyak oleh lingkungan sendiri dan dari pemahaman siapa dan apa dirinya, karena faktor inilah yang terkadang mental sering dilupakan dan diabaikan. Antara fisik dan mental merupakan satu kesatuan.
Dengan latihan fisik yang teratur akan mengembangkan mental, maksudnya memiliki kebugaran tubuh baik dan akan menimbulkan kepercayaan diri pada dirinya.
“Semakin tinggi tingkat mental seseorang semakin baik dalam mengatasi persoalan”
3. DAYA TAHAN TUBUH
Daya tahan tubuh seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor:
a. Kebutuhan Oksigen
Oksigen amatlah vital dalam proses persediaan energi dalam tubuh, dalam sebuah perjalanan penjelajahan gunung seseorang harus dapat segera beradaptasi / menyesuaikan kemampuan tubuh dengan faktor oksigen setempat, semakin tinggi kita berada maka semakin sedikit kadar oksigen buat kita, resiko akan kekurangan oksigen amatlah membahayakan bahkan kematian.
b. Kebutuhan Air
Seperti juga oksigen, kita tidak dapat hidup tanpa air, hasil penelitian, manusia tidak dapat bertahan hidup tanpa air lebih kurang 3 hari, dan sebagian pendapat mengatakan pada suhu 20-30¬¬0C orang dapat hidup tanpa air selama 8 hari.
Sebagai gambaran kebutuhan air dalam tubuh kita ialah:
  • Suhu 100C diperlukan air 1 liter /hari
  • Suhu 200C diperlukan air 4 liter/hari
  • Suhu 300C diperlukan air 5 liter/hari
  • Suhu 400C diperlukan air 6 liter/hari.
Dapat disimpulkan meningkatnya suhu maka meningkatnya kebutuhan akan air akibat meningkatnya metabolisme dalam tubuh.
“Kebutuhan air adalah mutlak bagi kita, air prioritas hidup kita”
c. Kebutuhan Garam (Elektrolit)
Salah satu elektrolit dalam tubuh kita adalah garam (NacL), Kebutuhan akan garam bagi yang tinggal di daerah tropis adalah 10 gr/hari, dan tergantung dari aktifitasnya.
Untuk menjaga kadar garam dalam tubuh kita dapat memasak / mengkonsumsi larutan oralit, memasukkan garam secara langsung pada makanan / air tetapu kita harus memperhartikan kadar kelarutan / asinnya jangan berlebihan.
“Dalam asin ia menyimpan satu kepentingan bagi kita”
d. Suhu Lingkungan
Suhu lingkungan sangat mempengaruhi daya tahan tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan petualangan ke daerah-daerah (dingin/panas) – (gunung, gurun, laur) perlu persiapan yang sangat baik. Dalam suhu dingin dapat menyebabkan kematian, dan suhu panas dapat menimbulkan kejang-kejang juga kematian. Tubuh manusia lebih mudah menyesuaikan diri dengan suhu panas dari pada suhu dingin. Proses adaptasi akan suhu panas berlangsung cepat dan dapat diatasi dengan memakai pakaian tipis, menyerap keringat, berwarna cerah, memakai pelindung panas matahari, minum lenbig banyak air, menjaga kebutuhan air dan garam tetap seimbang di tubuh. Tapi pada suhu dingin tubih lebih sult beradaptasi karena perlindungan diluar tubuh juga perlindungan terhadap dalam tubuh juga, mesti diperhatikan, suhu dingin mengakibatkan kebutuhan akan kalori meningkat untuk mempertahankan suhu tubuh agar tetap normal.
“Perhatikan kondisi dingin, sudah banyak pendaki / petualang yang ditemukan dalam keadaan mati/tak bernyawa karena terkurung suhu dingin yang ekstrim”.
e. Makanan
Makanan merupakan kebutuhan yang juga diperhatikan. Kebutuhan kalori pada tubuh banyak diperoleh dari makanan. Untuk kehidupan sehari-hari tanpa aktivitas yang beratkita sekitar 2000-2500 kalori , tetapi dalam aktifitas berat kebutuhan akan makanan meningkat menjadi 2500-3000 kalori. Kalori yang dimaksud dalam sumber makanan adalah karbohidrat, protein, lemak dengan komposisi yang baik adalah karbohidrat 75%, protein 25%, dan lemak disusaikan oleh proses pencernaan tubuh.
Kelebihan lebih mudah dicerna oleh tubuh bila dibandingkan dengan kelebihan protein dan lemak. Yapi yang harus diingar bahwa jenis makanan yang akan dimakan dalam perjalanan harus sesuai dengan jumlah kalori yang dibutuhkan.
Selain faktor diatas sebagai penunjang keberhasilan kegiatan di alam bebas juga diperlukan:
1. Obat-obatan:
  • Obat penurun panas dan penghilang rasa sakit
  • Obat diare, mulas, dan sakit perut
  • Obat untuk keracunan makanan
  • Obat anti alergi
  • Obat peawar asam lambung
  • Obat flu, batuk, dan pilek
  • Obat anti malaria (jika akan memasuki daerah endemis malaria, pil kina dimakan sebelum, selama dan setelah pulang dari daerah tersebut)
  • Obat anti septik
  • Obat tetes mata (iritasi ringan)
  • Salep mata dan salep kulit yang mengandung anti biotik
  • Salep luka bakar
  • Salep untuk luka memar
  • Krim penghilang nyeri otot
  • Krim untuk pelindung dari sinar matahari (SPF minimal 15)
  • Alkohol 75%, Rivanao 1/1000, Boor Water.
  • Obat gosok
  • Oralit dan bedak salisil
2. Peralatan Penanganan Keadaan Gawat Darurat
  • Buku petunjuk mengenai penanganan keadaan darurat dari medis
  • Mitela (pembalut segitiga) minimal 2 buah
  • Perban elastis ukuran 2 inchi
  • Perban ukuran 5 cm dan 10 cm
  • Perban steril dan kapas
  • Plester, tensoplant, band vit
  • Gunting, pingset, dan pisau kecil
  • Lampu senter
  • Cotton bad, jarum kecil, peniti
  • Sofratur.
Kedua jenis diatas merupakan sesuatu yang baik untuk, dibawa dalam kegiatan petualangan di alam bebas seperti medan gunung dan hutan.
Penanganan Keadaan Gawat Darurat
Teknik penganan dalam keadaan gawat darurat sangat menentukan keberhasilan. Dalam teknik penanganan keadaan gawat darurat faktor kecelakaan dibedakan menjadi beberapa keadaan yang menentukan dalam tindakan yang harus dilakukan:
  1. Keadaan gawat tetapi tidak darurat, dimana korban memerlukan penanganan tepat dan baik tetapi penanganan tidak perlu saat itu juga. Misalnya: luka memar akibat terkena benda keras.
  2. Keadaan darurat, dimana korban memerlukan penanganan segera walaupun tidak terlalu membahayakan
    Misalnya: demam akibat terlalu banyak bergerak/kelelahan dsn menurunnya suhu tubuh.
  3. Keadaan gawat darurat, yaitu korban yang memerlukan penanganan yang baik dan tepat dengan segera
    Misalnya: hipotermia, akibat keadaan dimana suhu tubuh jatuh kedalam suhu dibawah normal.
Jika mendapat seseorang mengalami suatu kecelakaan tanpa diketahui bentuk ataupun penyebabnya, kita dapat menganggap sebagai korban gawat darurat sampai kita dapat memastikan korban tidak dalam keadaan tersebut. Penilaian yang tepat dan cepat dalam penanganan korban merupakan hal yang harus diperhatikan guna menghindari timbulnya resiko cacat dan kematian. Sebagai seseorang yang suka melakukan kegiatan petualangan di alam bebas jika menemukan korban dimanapun dan dalam keadaan apapun kita harus segera memeriksa korban tanpa memindahkan korban terlebih dahulu. Tetapi apabil kejadian disekitar membahayakan kita dapat memindahkan korban pada tempat yang aman dan stabil. Setelah itu kita persiapkan evaluasi kemuddian kita serahkan pada tenaga medis.
Dalam hal ini ada 7 langkah penting yang harus dilakukan ketika terjadi kecelakaan berdasarkan prioritasnya :
1. Amankan Situasi dan lingkungan sekitar kejadian.
Tujuannya :
Agar keadaan terkendali dan bisa mendapatkan respon yang maksimal dari para anggota kelompok kegiatan dalam waktu singkat. Pemimpin kelompok harus segera mengatur keadaan dan membagikan tugas kepada para anggota.
2. Dekati Korban dengan hati-hati.
Tujuannya :
Untuk menghindari keadaan yang lebih buruk dan menjaga agar anggota yang lain tetap aman, korban harus didekati dengan cepat tetapi hati-hati, penting sekali untuk menjaga korban dari luka yang lebih berat.
3. Lakukan Pertolongan pertama.
Tujuannya :
Untuk menghindarkan korban dari keadaan yang dapat mengancam kehidupan. Teknik ABC sangat menentukan keberhasilan. Pertolongan pertama merupakan hal yang terpenting. Misalnya bila korban berada pada tempat yang berbahaya, pindahkan korban ke tempat yang lebih aman, periksa keadaan korban, paling tidak melihat korban bernafas atau tidak, ada denyut nadi atau tidak. Ada pendarahan atau tidak, dan yang pasti kita jangan Cuma diam, atasi keadaan tersebut.
4. Lindungi Korban.
Tujuannya :
Untuk mengurangi tekanan baik fisik maupun mental pada korban. apapun jenis cederanyanya, korban memerlukan perlindungan dari panas dan dingin. Apabila korban tidak mengenal kita, kita harus menjelaskan siapa dan apa yang kita lakukan (bila korban dalam keadaan sadar).
5. Tentukan apakah ada cedera atau luka lainnya.
Tujuannya :
Untuk mengetahui semua cedera yang terjadi baik cedera ringan ataupun berat. Hal ini dapat dilakukan setelah kita menangani keadaan ancaman jiwa.
6. Tentukan apa yang harus dikerjakan.
Tujuannya :
Untuk menstabilkan aktivitas, sehingga dapat dilakukan perawatan maksimal secara bertahap, ini dilakukan setelah selesai tindakan-tindakan diatas. Kemudian merencanakan tindakan selanjutnya dan evakuasi cedera korban, kondisi korban, mental korban, cuaca dan lokasi kegiatan dan transportasi yang ada.
7. Laksanakan apa yang telah direncanakan.
Tujuannya :
Untuk menyelesaikan perawatan korban dan memastikan keselamatan baik korban maupun anggota lainnya, setelah dievakuasi menyeluruh dari situasi keadaan kecelakaan, anggota yang lain disiapkan untuk melaksanakan rencana yang telah disusun. Jika korban untuk melakukan evakuasi seorang diri, diperlukan pemeriksaan dan observasi lebih lanjut pada korban.
Pada penanganan korban kecelakaan selain langkah diatas ada beberapa tindakan yang harus dilakukan oleh seorang penolong, tindakan ini merupakan suatu urutan karena terdapat pola-pola tertentu yang dapat mengakibatkan kematian pada korban kecelakaan. Pola ini adalah kelainan jalan nafas seperti tersumbat jalan nafas yang lebih cepat menimbulkan kematian dari pada pendarahan.
Urutan selanjutnya adalah darah yang banyak dikepala. Karena itulah dikenal adanya prioritas dalam menangani penderita trauma yang dikenal sebagai resusitasi ABC, tindakan ini merupakan tindakan umum yang harus dilakukan pada setiap kecelakaan. Juga ada tindakan khusus yang dititik beratkan pada suatu tindakan tertentu pada kejadian kecelakaan di alam terbuka.
Yang pertama yang mesti kita perhatikan adalah apakah penderita dalam keadaan sadar atau tidak kemudian periksa kondisi korban terutama fungsi pernafasan, fungsi jantung, fungsi otak. Secara umum langkah-langkah yang harus diperhatikan pada setiap korban kecelakaan adalah :
  1. Airway with cervical spine control
  2. Breathking support
  3. Circulation with bleeding control
  4. Disability
  5. Exposure and environmental control
Dalam kegiatan di alam terbuka dimana kita jarang mendapatkan peralatan kesehatan, seharusnya setiap penggiat alam terbuka dapat melakukan kegiatan resusitasi jantung atau resusitasi ABC yang lebih dikenal dengan nama bantuan hidup dasar (Basic Life Support).
A. Airway With cervical spine control
(Membebaskan jalan nafas dengan memperhatikan kondisi leher)
Pada setiap korban kecelakaan, yang harus kita perhatikan pertama kali ialah apakah korban dapat bernafas atau tidak, karena jalan nafas merupakan tempat masuknya udara mulai dari mulut atau hidung sampai ke paru-paru. Seseorang yang mengalami gangguan pernafasan jika jalan nafasnya mengalami hambatan.
Untuk korban yang masih dalam keadaan sadar, kita dapat mengetahui korban tidak mengalami gangguan jika korban masih dapat bicara. Tapi untuk korban yang tidak sadar, kita dapat memastikan korban dapat bernafas atau tidak dengan melihat adanya pergerakan pada dinding korban atau dengan meletakkan punggung tangan diatas hidung atau mulut korban atau bisa juga dengan melihat uap pernafasan pada kaca jam tangan atau cermin.
Apabila kita tidak merasakannya, kita harus membebaskan jalan nafas korban terlebih dahulu dengan cara menengadahkan kepala korban kemudian dengan chin lift atau jaw thrust (mengangkat dagu dan mendorong rahang bawah ke arah depan). Apabila terdapat benda yang menyumbat pada jalan pernafasan dapat dikeluarkan dengan menggunakan jari seperti mengait tetapi harus dengan hati-hati jangan sampai benda tersebut terdorong semakin dalam.
Jika benda yang menyumbat tidak dapat dikeluarkan dengan cara mengait. Kita bisa menggunakan Haemlich Manuiver dengan memberikan posisi/positif pada rongga dada dan rongga perut. Selama memeriksa dan membebaskan jalan nafas, jika diketahui ada atau tidak kelainan pada tulang leher dan korban tidak sadar sehingga tidak dapat memberikan keterangan keluhan pada leher, kita tidak menengadahkan, menundukkan, atau memutar kepala yang dapat menimbulkan perubahan pada leher, maka perlu dilakukan immobilisasi leher dan kepala dengan mempertahankan posisi kepala.
Cara yang dapat kita lakukan antara lain menahan kepala dengan tangan untuk sementara, sebelum kita membuat penahan lainnya sepeti bantalan, dan dalam keadaan kondisi di alam bebas kita bisa menggunakan baju sebagai bantalan. Ganjalan sebaiknya diletakkan di kedua sisi kepala korban, agar kepala korban tidak bergerak atau bisa juga membuat collar neck yaitu penopang leher berbentuk cincin yang mengelilingi leher dan mempertahankan posisi leher agar tidak bergerak.
Collar neck dapat juga kita buat dari handuk atau potongan matras yang dapat digulung dengan ukuran 10-14cm dengan bagian depan lebih besar kemudian kita ikat dengan tali. Waktu mengikat usahakan jangan terlalu kencang untuk menghindari korban tercekik atau menambah cedera korban.
B. Breathking support(Bantuan pernafasan)
Setelah kita tahu jalan pernafasan sudah bebas, kita harus memastikan kembali apakah korban telah bernafas atau belum. Jika sudah bernafas, kita perlu untuk mempertahankan keadaan tersebut. Tapi jika korban belum dapat bernafas atau pernafasannya belum optimal (kurang 10x/Menit), kita perlu memberikan bantuan pernafasan dari mulut ke mulut, tapi bila waktu meniup ke dalam mulut timbul sumbatan atau mulut sukar di buka, maka pernafasan buatan dapat dilakukan dari mulut ke hidung.
Langkah-langkah dalam melakukan pernafasan buatan :
  1. jalan nafas telah bebas dari sumbatan
  2. tutup hidung korban dengan dua jari, untuk mencegah terjadinya kebocoran saat dilakukan pernafasan buatan
  3. ambil nafas dalam-dalam, rapatkan mulut penolong melingkar mulut korban sambil melihat pergerakan dada korban (buka pakaian korban untuk memudahkan penilaian). Jika dada korban naik, hentikan hembusan dan lepaskan mulut penolong dari mulut korban, biarkan korban menghembuskan nafas secara pasif, lakukan 3-5 kali dan bila saat menghembuskan nafas korban terlihat naik kemungkinan udara masuk ke lambung, hal ini dapat terjadi karena jalan nafas tidak terbuka dengan baik, keadaan ini harus segera diantisipasi karena selain bantuan pernafasan tidak efisien, juga hembusan udara kedalam lambung akan mengakibatkan muntahan yang jika masuk ke dalam saluran pernafasan dapat mengakibatkan kematian.
  4. pemberian bantuan nafas sebaiknya dilakukan dalam 5 detik.
C. Circulation Support (Bantuan Sirkulasi)
Bantuan sirkulasi dilakukan pada korban yang mengalami henti jantung yang dapat diketahui jika kita mendapatkan korban dalam keadaan:
  1. tidak sadar
  2. henti nafas
  3. tidak teraba denyut nadi pada pembuluh darah besar korban (Syok)
hilangnya kesadaran akan terjadi 15-20 detik setelah henti jantung. Perabaan nadi hendaknya dilakukan pada pembuluh darah besar (pada leher, pergelangan tangan, atau pangkal paha).
Teknik Dasar Sirkulasi :
  1. kita berlutut pada salah satu sisi korban atau pada sisi yang berlawanan jika ada dua penolong,
  2. tempatkan pangkal sebelah tangan penolong pada 1/3 bagian bawah tulang dada korban dan tempatkan pangkal tangan yang lain diatas tangan pertama,
  3. dorong tulang dada tegak lurus kebawah kearah tulang punggung dengan gerakan pada pinggul menggunakan berat kira-kira 4-5cm,
  4. pertahankan posisi tersebut kurang lebih 1/2detik lagi,
  5. penekanan berikutnya dilakukan 60 kali/menit, bila pertolongan dilakukan oleh dua orang dan 80 kali/menit bila pertolongan dilakukan oleh satu orang.
  6. evaluasi setelah dilakukan resusitasi paru (RPJ) selama 1 menit (4 Siklus) dengan memeriksa dan nadi pada arteri dileher selama 5 detik.
Catatan :
Frekuensi pemberian nafas buatan dan penekanan jantung adalah 5 penekanan jantung, 1 nafas buatan untuk 2 orang penolong, dan 15 penekanan jantung, 2 nafas buatan bila penolong 1 orang. Tindakan bantuan dasar adalah tindakan medis darurat sederhana yang dilakukan tanpa alat, dan sesuai dengan keterbatasan sarana dan sumber daya yang dimiliki dilapangan.
D. Disability (Evaluasi gangguan Neorologis)
Pada akhir pemeriksaan evaluasi awal diatas (ABC), lakukan evaluasi terhadap keadaan neorologis secara tepat. Yang dinilai disini adalah tingkat kesadaran korban dengan metode AVPU yaitu:
A = Alart (sadar)
V = Verbal Respon (reaksi terhadap rangsangan suara)
P = Pain Respon (reaksi terhadap rangsangan sentuhan)
U = Unresponsive (tidak ada respon)
Jika korban dalam keadaan sadar menunjukkan kondisi korban yang lebih baik tetapi jika korban dalam keadaan tidak sadar maka penolong harus lebih waspada akan perlu dilakukan tindakan-tindakan penanganan dan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari kelainan lainya.
E. Exposure/Environment
(Memeriksa korban secara keseluruhan dan menjaga kondisi korban)
Exposure/environment merupakan langkah-langkah yang kita lakukan dengan memeriksa seluruh tubuh korban dan fungsi-fungsi tubuh lainnya (jika perlu seluruh pakaian korban dibuka). Pemeriksaan dapat dilakukan dengan inspeksi (melihat secara keseluruhan korban dari atas ke bawah). Dan dapat dilanjutkan dengan korban menggerakkan seluruh anggota tubuh korban (jika korban mampu), apabila ada trauma kepala atau patah pada tulang, pemeriksaan bagian tubuh bagian belakang harus dilakukan secara Lob Rolled (dibalikkan secara bersamaan dengan posisi kepala dan leher sejajar dengan batang tubuh). Selanjutnya korban dipertahankan.
Kondisinya dalam keadaan aman dan stabil termasuk membuka dan mengganti pakaian korban bila basah dan melindungi korban dari pengaruh lingkungan. Setelah korban dalam keadaan stabil dapat dimulai evakuasi.

Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD)

Berpetualang di alam bebas bukan merupakan suatu kegiatan senang-senang atau hura-hura semata, tapi banyak makna yang kita peroleh dari kegiatan ini. Dengan kegiatan ini,kita dilatih untuk siap, tangguh, kuat, percaya diri, dsb. Setidaknya kita dapat memberikan informasi mengenai keadaan iklim dan keadaan lingkungan tersebut kepada orang lain.
Namun dibalik itu semua kegiatan berpetualang dialam bebas mengandung resiko yang besar, baik resiko kecelakaan bahkan kematian. Yang kurang disadari oleh para petualang alam bebas adalah kecelakaan yang sebenarnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, dan pada saat kejadian tersebut belum tentu ada tenaga kesehatan disekitar tempat kejadian. Oleh karena itu untuk berpetualang dialam bebas amat perlu pengetahuan tentang penanganan gawat darurat pada kegiatan di alam bebas tersebut.
Pengetahuan ini bermanfaat sebagai keahlian dasar (basic survival Skill) dan ini harus dimiliki oleh setiap petualang. Kemampuan penanganan awal/pertolongan pertama pada korban baik diri kita maupun orang lain akan menentukan keberhasilan. Banyak kejadian kecelakaan di alam bebas yang disebabkan kurangnya pengetahuan maupun ketrampilan yang dimiliki oleh para petualang itu sendiri. Hal ini merupakan hasil pengamatan dari berbagai operasi SAR yang pernah dilakukan. Untuk kegiatan di alam bebas banyak hal yang perlu dipersiapkan, selain persiapan fisik, mental, peralatan, kemampuan akan pemahaman lingkungan/daerah yang diperlukan, serta pengetahuan-pengetahuan lainnya. Salah satunya ialah pertolongan pertama gawat darurat (PPGD) di alam bebas.
Persiapan pengetahuan PPGD dan perlengkapan medis merupakan salah satu factor yang dapat menciptakan kondisi aman dan nyaman. Jadi dalam melaksanakan kegiatan berpetualang di alam bebas kita harus mempertimbangkan terlebih dahulu pengetahuan dan perlengkapan medis kita sebelum kita melakukan kegiatan tersebut. Sebagai catatan yang mesti kita perhatikan ialah resiko-resiko bahaya/kecelakaan yang terjadi dan jika ini telah diklasifikasikan kita harus siap dan tanggap dalam bagaimana kita menanganinya. Kemampuan dalam menghadapi situasi bahaya/kecelakaan juga amat diperlukan.
Disini kita memerlukan kesiapan mental karena dengan ketenangan akan menghasilkan suatu keputusan yang cepat dan tepatdan bukan berarti kesiapan fisik kita abaikan karena untuk menolong korban diperlukan suatu fisik yang baik, karena menolong korban bukanlah hal yang mudah dan tidak jarang tanpa fisik yang baik pada si penolong malah akan membahayakan dirinya.
INGAT
“Kecelakaan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, maka siapkan diri anda sesiap mungkin sebelum anda melakukan perjalanan”
http://bocahamik.wordpress.com/dunia-ilmu/ppgd/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar